Suatu saat, sehabis shalat isya’, saya lagi duduk santai di loby hotel berbintang di Balikpapan, datang 2 orang tamu. Satu orang berbadan gendut, satu orang berbadan kurus. Yang gendut namanya Budi. Mungkin karena hoby kuliner, sekaligus pemilik restoran Dynasti Balikpapan, jadi sering makan. Budi teman baik saya. Orangnya sederhana, sikapnya yang rendah hati dan suka humor membuat pertemanan kami langgeng sampai sekarang ini.
Gedung waletnya relative kecil dan hemat ukuran 3 m X 9 m, tinggi 3 lantai. Konsep Gedung walet paket hemat saya terapkan dan kini alhamdulillah, Budi tinggal memanen hasilnya tiap bulan dengan incame yang tidak sedikit.
Teman yang kurus namanya Hery, lengkapnya Hery Kusuma. Pria flamboyan berkaca mata ini asli Palembang, tapi sudah menetap lama di Balikpapan. Selama ini dia membuka usaha Photo Copy dan Studio Photo Prima di Jl. Jendral Sudirman. Di atas tempat kerja itulah, dia membangun 2 lantai ruangan untuk budidaya walet. Lebarnya Cuma 4 m X 8 m.Mungkin karena sehari-hari kerja sambil menghisap bau tinta photo Copy, maka tubuh Herry kurus. Atau mungkin juga memikirkan gedung waletnya yang sudah 2 tahun kosong, sehingga gak ada nafsu makan?… He he he cuma bercanda ya bos..
Maksud kedatangan Budi dan Hery malam itu, meminta bantuan saya untuk turun tangan menangani gedungnya yang belum ada walet bersarang. Papan sirip sudah di pasang. Sarang imitasi sudah siap. Audio walet sudah di ready juga.Kolam dan mesin kabut sudah tersedia Tapi kenapa walet tak mau menginap. Apanya yang kurang? Ukuran gedung yang hanya 4m X 8 m, memang membuat pusing kepala untuk mengatur tata ruang. Apalagi posisi void yang ada di tengah dengan lebar 4 m X 4 m. menjadikan cahaya yang masuk ruangan sangat banyak. Hery belum punya pengalaman mengatur tata ruang untuk gedung minimalis. Dan memang tata ruang 1 gedung dengan gedung lain, tidak selalu sama. Ini disebabkan karena banyak faktor yang membuat system tata ruang berbeda 1 gedung dengan gedung lainnya. Misalnya faktor posisi gedung, tinggi gedung, arah gedung, arah burung pulang, dan faktor lainnya.
Dua hari kemudian, saya survey ke tempat Hery. Saya didampingi Budi dan Pak Hadi pemilik Milan Variasi. Saat itu juga saya atur tata ruang. Cukup dengan papan triplek. Saya tidak merubah apapun, kecuali hanya menyiapkan ruang selebar 1 meter yang saya atur melingkar menyerupai huruf U. Dibagian lain saya sekat dengan kain. Ya dengan kain agak tebal warna hitam.
Satu bulan kemudian Hery telepon dengan suara ceria: “Pak Arief, ruang melingkar berdinding triplek selebar 1 meter sudah banyak kotorannya. Dan di sarang imitasi sudah ada telurnya…” kata Hery sambil teriak kegirangan. Satu bulan kemudian saya berkunjung ke tempat Hery. Saya masuk ke gedung. Saya lihat kotoran mulai banyak menumpuk di lantai. Sarang imitasi mulai banyak telur. Dan yang bikin Hery terkejut, di balik sekat kain hitam terlihat ada sarang walet. Ya, walet mau juga bersarang di kain. Walet mau bersarang di media apapun, papan, tembok, almunium, triplek, kain, dll. Yang penting tata ruangnya oke, nyaman serta aman bagi burung kecil ini. Hery kini merasa lebih tenteram karena sarang waletnya mulai banyak.Gedung minimalis tapi hasil maksimalis. Saat saya ketemu beliau tanpa sengaja di Bandara cengkareng, tubuhnya tambah gemuk. Saya mau pulang ke Semarang, Beliau mau ke Malaysia – Genting Haigland.