Jika ada lomba antara gedung walet dengan ukuran terkecil yang sangat produktif, tentu saya bisa unggulkan, dan insyaallah pasti juara !!! Yaitu gedung walet milik H. Bardiansyah. Ukuran gedungnya sangat kecil, sekitar 4 m x 2,5 m. ( empat meter X dua setengah meter). Pada testimony yang saya iklankan di majalah Trubus dan di iklan Gedung Walet Paket Hemat, gedung milik H. Bardiansyah ini tertulis ukurannya 4 m X 5 m. Data tersebut salah ketik. Yang benar,ukuran gedung walet H. Bardiansyah ini 4 m X 2.5 m, dengan tinggi 3 lantai. Saya menyebutnya gedung walet terkecil se Asia Tenggara !!!
Gedung H. Bardiansyah ini terletak di belakang rumahnya, tepatnya dibangun di atas dapur. Karena fondasi dapur tidak terlalu kuat, maka konstruksi bangunan waletnya juga dibangun dengan tulang dan dinding gedung yang tidak terlalu tebal. Dak plafonnya pun cuma dari papan. Tinggi antar lantai cuma 2.5 meter. Papan sirip dari jenis kayu Bengkirai, dengan lebar 20 cm. Jumlah twiter hanya 8 buah. CD panggil dan Inap, pasti khusus dari produksi saya. Dengan formula yang membuat walet senang mendengar serta tidak bosan. Ibaratnya musik Rasta dari almarhum Mbah Surip…tak gendong kemana-mana….
Malam itu sekitar 2 tahun yang lalu, saat saya ada kerjaan di Banjarmasin, H. Bardiansyah menyempatkan waktu untuk menjumpai saya di sebuah hotel. Beliau meminta kesediaan saya untuk berkunjung ke rumahnya di Jl. Pulau Laut, daerah Kayu Tangi, sekitar 35 menit dari hotel. untuk cek lokasi dan mendesain-kan gedung walet Paket Hemat.
“Pak Arief, saya pingin punya usaha sampingan yang tidak perlu banyak pikiran dan tenaga di hari tua saya nanti….saya ingin memulai usaha walet, dengan dana yang minimal tapi saya berharap dapat menghasilkan pemasukan yang maksimal……Hasil dari panen sarang walet nanti, sebagian akan saya sumbangkan ke yatim piatu, dan amal sosial lainnya…..”
Saya masih sangat ingat janji itu. Dan dalam hati saya, semoga Tuhan mengabulkan doa dari hati yang tulus dan kerja yang serius. Amin. Orangnya memang tampil sederhana dan religius. Jika bicara pelan, runtut dan terkonsep tanda orang berpendidikan. H. Bardiansyah adalah pensiunan pegawai negeri di Instansi pendidikan yang kini akan duduk di kursi legislative Tk I Prop Kalimantan Selatan, dan insyaallah akan dilantik tanggal 9-09-2009 ini,
Beberapa hari yang lalu, saat saya baru tiba di terminal 1 Cengkareng, selepas saya turun dari kerja di Malaysia, HP saya berdering. Saya ambil HP di saku. Saya lihat screen HP tidak muncul nama, hanya nomor belakangnya ….777, saya perhatikan dan sejenak mengingat nomor ini….saya coba menebak …, kalau bukan si Achen di Sampit, ya pak H. Bardiansyah…. Hp saya pencet tombol hijau…connect…namun saya sengaja tidak menyahut…dari seberang telepon terdengar suara “Assalamu’alaikum…. haji Arief… apa kabar pian…?”. Dugaan saya benar, pasti teman lama yang di Banjarmasin. H. Bardiansyah. Kalau si Achen, kemungkinan kecil bilang… assalamu’alaikum…..karena gak di sunat …he he he (…maaf ganal bos Achen lah… ! )..
H. Bardiansyah berkisah, kalau dia baru panen sarang walet. Memang tidak semua sarang di panen, sebab ada sarang yang sudah ada telurnya maupun masih ada piyiknya. Ini panen perdana. “Berapa banyak pian petik sarang ” Tanya saya ikut senang. Beliau menjawab”…Alhamdulillah dapat petik 200 buting…” Maksudnya, beliau berhasil panen 200 sarang. Hasilnya semua di jual dan disumbangkan sepenuhnya ke Yayasan Yatim Piatu. Dan untuk ziarah ke Makam Sunan Ampel di Surabaya.
H. Bardiansyah sangat bersyukur atas karunia Tuhan. Biarpun gedung ukuran minimal tapi hasil bisa dikatakan maksimal. Atas advis saya beliau hanya panen 200 sarang, yakni 30 % dari total sarang. Memang tidak semua sarang di papen karena sistem panennya adalah sistem selektif. Hanya sarang yang kosong yang dipanen. Sarang yang ada telur dan piyik, tidak di panen. Jika panen rampasan atau buang telur, resiko walet stress lebih besar, sebab gedungnya kecil.
Jadi berapa jumlah total sarang walet di gedung H. Bardiansyah yang cuma ukuran 4 m x 2.5m itu ???. Di hitung secara kasar, produksi total ada sekitar 500 sd 600 sarang. Dalam jangka waktu hanya 2 tahun !!!. Spektakuler…istilah Tukul Arwana. Kata orang jawa ..”lumayan”…Kata teman saya Najib yang keturunan arab… “ itu bukan lumayan lagi, ..tapi lummma ..yyy aaan ..” ada mim dan yak takkidd. Sangat lumayan gitu loh !.. he he he… “ Najib yang keturunan ibu Sunda ini memang suka canda… aya aya wae ente. Jib !.
Sebagai konsultan lepas, saya hanya datang 2 kali saja ke tempat H. Bardiansyah, yang pertama saya datang saat cek lokasi dan men-desain gedung. Dan kedatangan ke 2 (sekitar 2 bulan kemudian) saya atur tata twiter dan volume suara. Selanjutnya, konsultasi via telepon.
Substansi isi telepon kemarin itu, selain mengabarkan hasil panen perdana, H. Bardiansyah meminta waktu luang saya untuk berkunjung ke rumahnya lagi. Sebab dia akan menambah bangunan ke samping dengan ukuran 4 m X 8 m. Saya masih ingat, di samping gedung walet itu memang ada kolam ikan.
Saya jawab ..” ya insyallah pak haji,,,Memang sudah saatnya menambah lebar bangunan gedung walet, entar populasinya waletnya tambah banyak jadi gak muat lho…” Diakhir telepon saya sampaikan, jika tidak keberatan…saya akan telepon Jaya Suprana, Kebetulan kantornya tidak jauh dari rumah saya. Jaya Suprana adalah Bos Musium Rekor Indonesia (MURI) untuk saya daftarkan sebagai gedung walet terkecil se Indonesia bahkan se Asia Tenggara dengan hasil melimpah. Saya serius. Sebab prestasi saya atas gedung mini H. Bardiansyah ini, prestasi gemilang anak bangsa, yang sangat bermanfaat, baik secara ekonomi maupun skill dan knowledge. Prestasi ini juga bisa menjadi motivasi termasuk bagi diri saya sendiri atau konsultan walet lainnya untuk kerja lebih baik, lebih serius, lebih jujur, lebih fair. lebih bermutu…lebih profesional dikemudian hari. ”
Di ujung telepon H. Bardiansyah cuma tertawa terkekeh…. Saya tunggu jawaban ya..Pak Haji…Sukses dech untuk Pian…Setelah pensiun ini, sebenarnya yang jadi usaha sampingan, ternak walet atau jadi anggota dewan sich ….???