Suatu hari saya berkunjung ke Palu. Saya sempatkan silaturahmi di rumah pak Taufik. Lokasi rumah beliau berada diperbukitan. Dari stadion Gawalise masih naik lagi ke atas kurang lebih 2 km melalui jalan aspal yang tidak terlalu lebar.
Rumahnya ditata apik. Bagian depan terdapat tanaman anggur dan kolam koi. Di samping rumah ada halaman teduh untuk memelihara beberapa ekor rusa. Dari tempat tinggi saya bisa melihat pemandangan kota Palu dari kejauhan. Juga teluk Talise dengan air membiru yang menyimpan duka lama.
Di belakang rumah dibangun gedung walet ukuran 8 x 12 tinggi 3 lantai. Lokasinya merupakan daerah walet mencari makan. Tiap hari burung walet dari kota bermain-main dan mencari serangga di lokasi ini. Oleh sebab itu, gedung walet beliau cepat ditempati burung walet. Sebab lokasinya memang tepat. Di areal perbukitan hijau ini belum banyak bangunan gedung walet. Dengan demikian persaingan tidak ketat. Di perbukitan ini burung walet mencari rumah yang dekat dengan lokasi pakan. Tiap pagi siang dan sore banyak walet terbang rendah menyambar serangga kecil. Ketika menjelang gelap burung walet anakan akan memilih menetap di gedung walet yang dibangun di daerah pakan. Sebab mau pulang ke kota jaraknya lumayan jauh.
Setelah minum teh hangat, saya masuk ke dalam gedung. Jam tangan di angka 11 siang. Sebagian besar walet masih di hutan mencari makan. Cuaca cerah hanya sedikit awan berarak pelan.
Penjaga gedung namanya pak Saiful. Ia juga yang merawat dan panen sarang. Beliau orang kepercayaan. Tak lama pintu besi dibuka. Tampak dindingnya tebal. Dibangun dengan bata merah dobel. Aroma menyengat kotoran walet langsung menusuk hidung. Saya segera pakai masker.
Saya melangkah pelan. Kotoran walet merata di lantai. Sarang walet juga merata di seluruh papan sirip. Setiap lantai penuh sarang. Mata saya mengamati sekeliling. Sarang 90 % bentuk mangkok. Hanya sedikit walet bersarang di sudut papan. Burung walet juga membuat sarang di balok cor.
+ : ” Burung walet mau juga bersarang di balok cor.” kata pak Saiful setengah bertanya.
– : ” Betul pak. Seperti burung walet gua membuat sarang di dinding bebatuan.”
+ : ” Tetapi kenapa burung walet kurang suka bersarang di sirip cor ?”
– : ” Kemungkinan karena sirip cor itu licin. Kaki walet sulit mencengkeram.”
Burung walet juga bersarang di dalam gudang atau ruko kosong. Pemilik kaget saat masuk gudang. Banyak sarang walet menempel di balok cor.
Ini terjadi di banyak tempat. Antara lain di Dompu NTB. Di dalam kota sejuk ini terdapat gudang bahan bangunan yang dibiarkan kosong habis selesai di kontrak orang. Rezeki datang dari langit. Burung walet dari gua di pegunungan datang ke kota mencari tempat hunian baru untuk berkembang biak. Ada gudang kosong yang aman dan nyaman. Burung walet berputar putar mencari lubang masuk ke dalam gudang. Ada lubang kecil. Masuklah burung kecil itu ke dalam gudang. Suatu hari pemilik akan membersihkan gudang setelah sekian lama ditutup. Ternyata banyak sarang walet menempel di balok cor.
Pemilik segera merehab gudang kosong menjadi gudang duit. Papan sirip dipasang. Suhu dan kelembapan diatur. Posisi lubang masuk tidak berubah. Tahun berjalan musim berganti. Saat ini hasil panen sarang walet bisa diperoleh 80 an kilogram.