Panen sarang burung walet yang benar seperti sudah dijelaskan dalam buku-buku budidaya walet yang sudah saya tulis, adalah dengan semangat melestarikan populasi burung walet. Yaitu dengan cara panen selektif, bukan panen rampasan, bukan panen buang telur.
Panen selektif yaitu panen dengan cara memilih sarang kosong yang sudah digunakan untuk perkembangbiakan. Sarang yang belum ada atau sudah ada telurnya, jangan dipanen. Apalagi sarang yang masih ada anak waletnya. Dengan cara panen secara selektif ini, maka populasi walet akan berkembang dengan baik di lokasi tersebut.
Sering saya sampaikan bahwa agar usaha budidaya burung walet memberi hasil secara benar dalam waktu yang berkelanjutan, maka selain teknis perawatan, teknis panenpun harus dipraktekkan secara benar. Saya selalu mengulang-ulang dalam berbagai kesempatan diskusi maupun saat seminar mengenai dampak panen rampasan yaitu :
Dampak bagi gedung sendiri
Jika sebuah gedung walet selalu dipanen dengan cara rampasan, itu sama saja tidak memberi kesempatan bagi populasi walet yang ada dalam gedung tersebut untuk berkembang biak secara normal.
Sebab, setiap walet yang baru saja selesai membikin sarang, belum sempat walet meletakkan telurnya, sarang sudah keburu hilang dipanen.
Ada juga pemilik gedung yang memberi toleransi waktu, yaitu walet biar bertelur 2 butir, baru dipanen sarangnya.
Akibat tidak adanya generasi walet baru dalam gedung tersebut, maka sudah bisa dipastikan kelak gedung tersebut akan mengalami penurunan produksi.
Kenapa? Sebab gedung itu hanya dihuni oleh walet tua, yang semakin lama semakin mendekati ajal dan semakin menurun kemampuan mengeluarkan air liur untuk membikin sarang. Sementara itu tidak ada walet generasi baru di gedung tersebut.
Maka, tidak sedikit kasus terjadi di beberapa daerah, akibat pola panen yang serakah, pelan tapi pasti gedung walet orang tersebut akan menjadi tidak produktif. Walet muda tidak ada yang lahir, sementara walet induk semakin mendekati ajalnya. Gedung walet yang semula bisa panen hingga 30 kilogram, lambat laun menjadi 3 kilo lalu menurun menjadi 3 ons.
Dampak bagi gedung sekitar
Apakah pola panen rampasan tersebut ada dampak negatif juga bagi gedung walet di sekitarnya ?
Akhir Nopember kemarin saya berdiskusi dengan member di Pangkalanbun Kalimantan Tengah, owner Resto Dunia Laut. Menurutnya, memancing walet di dalam kota sekarang sangatlah sulit. Ini disebabkan semakin berkurangnya burung walet muda yang lahir, akibat tidak terjadinya regenerasi normal dalam perkembang-biakan sebagai konsekwensi logis pola panen yang tidak mengindahkan asaz kelestarian populasi walet.
Jika gedung walet ukuran besar dan jumlah populasi yang besar pula namun selalu melakukan panen rampasan atau panen buang telur, maka nasib yang jelek akan dialami oleh gedung walet yang baru dibangun di lokasi tersebut.
Sebab dilokasi itu sangat sedikit terlihat populasi burung walet usia muda. Yang ada burung walet tua yang sudah nyaman dengan gedung asalnya dan sulit terpancing untuk menghuni gedung walet baru.
Karena itu, sebuah gedung walet baru yang dibangun di lokasi tersebut, kemungkinan besar akan sulit dihuni burung walet muda, karena memang tidak terjadi regenerasi normal populasi burung walet di lokasi tersebut.
Sehingga jumlah walet yang menginap atau bersarang di sebuah gedung baru di lokasi tersebut, dalam jangka 1 tahun kemungkinan akan relatif sedikit jumlahnya.
Nah, bagaimana agar tidak salah pilih lokasi saat mau menentukan membangun gedung walet?
Cara praktisnya adalah dengan memutar suara cek lokasi. Saat populasi burung walet berputar-putar mengelilingi sumber suara, silahkan amati dengan teliti, apakah yang datang berkerumun itu terdiri dari sebagian besar walet tua atau sebagian besar walet usia muda?
Tanda fisik yang bisa dilihat yaitu, jika burung itu usia tua, maka bulunya lebih dominan warna coklat dengan postur fisik agak besar.
Sedangkan tanda walet usia muda, bulu burung itu masih terlihat coklat kehitaman, dengan fisik yang masih kecil.
Jika di lokasi tersebut sebagian besar yang datang merespon suara cek lokasi adalah burung walet yang fisiknya agak besar dengan bulu coklat, maka itu adalah tanda bahwa lokasi tersebut kabanyakan walet usia tua. Kemungkinan besar di lokasi tersebut selalu dilakukan pola panen yang salah, yaitu pola panen yang merampas hak hidup burung walet.
Maka segera tentukan sikap. Jangan pilih lokasi tersebut. Pilih lokasi lain yang lebih prospek sebagai usaha bisnis yang menggiurkan ke depan.
Sudah banyak terbukti diberbagai daerah, panen rampasan hanya akan merugikan kita sendiri dan lingkungan sekitar.
Maka dari itu, mari kita lakukan panen sarang walet secara benar, agar ke depan selalu memperoleh berkah keuntungan ekonomi dari budidaya burung walet ini.