Burung Walet di Kupang tampak berterbangan di sekitar bandara El Tari yang sedang dalam tahap renovasi. Siang itu tanggal 20 Oktober kemarin kembali saya menginjakan kaki di pulau Timor ini. Ini kedatangan saya ke 3 kali.
Pada 1 tahun lalu, saya diundang oleh member di Kupang, seorang ibu yang masih energik dan memiliki banyak bisnis, untuk menangani goa walet miliknya, dengan tujuan agar koloni burung walet penghuni goa mau pindah ke dalam gedung yang sudah dibangun di dekat goa.
Alhamdulillah usaha saya ini berhasil meski melalui proses waktu selama 1 tahun. Bukan secara bim salabim. Saat ini walet penghuni goa di Tablolong itu sudah mau tinggal dan membuat sarang di papan sirip dalam gedung, di lantai dasar juga di lantai atas.
Menurut Victor, penjaga gedung, soal goa walet sebenarnya banyak terdapat di daerah Tablolong. Tablolong adalah perbukitan karang terjal tepi pantai. Untuk menuju ke lokasi ini ditempuh 30 menit bermobil dari kota Kupang.
Selain burung walet juga tidak sedikit burung seriti bersarang di dalam dinding goa karang. Jika dihitung mungkin ada ratusan goa di daerah ini, kata Victor menjelaskan.
Goa-goa ini terbentuk secara alamiah yaitu berupa rongga di dalam tanah berdinding bebatuan karang. Ada goa yang ukuran lebar ada yang sempit. Ada yang dangkal ada yang menjorok masuk ke dalam. Ada goa yang kering ada yang lembab karena air laut masuk ke dalam melalui sela karang.
Seperti diketahui, pulau Timor hampir 80 % terbentuk dari bebatuan karang atau biasa disebut kars. Hanya sedikit daerah pertanian di wilayah ini. Bukit karang berlapis tanah terhampar sejauh mata memandang. Pepohonan terlihat kurang subur. Karena musim hujan tiap tahun hanya berlangsung 3 atau 4 bulan saja. Jika kita lihat saat terbang dari jendela pesawat, pulau ini kelihatan berwarna coklat, gersang dan tandus.
Namun ternyata di dalam rongga karang terdapat potensi ekonomi yang tinggi, yaitu terdapat sarang walet. Burung walet memanfaatkan rongga karang di bawah tanah untuk berkembang biak. Meski demikian belum banyak masyarakat setempat yang paham manfaat ekonomi dari sarang burung walet.
Atau jika mereka mengetahui, namun tidak paham mengelola. Kata Victor orang sulit masuk ke dalam goa walet. Disebabkan mulut goa yang sempit dan kondisi karang di dalam yang tidak beraturan, akan beresiko membahayakan bagi keselamatan nyawa. Oleh karena itu goa walet dan goa seriti di daerah ini jarang diperhatikan.
Pada sisi lain, kondisi goa yang berada dalam tanah juga memudahkan predator untuk memangsa burung kecil ini. Inilah mengapa populasi walet goa di wilayah Kupang tidak bisa berkembang dengan baik. Predator pemangsa yaitu ular. Tidak sedikit ular menghuni goa. Ular merayap dengan mudah pada bebatuan dinding goa yang kasar. Predator melata itupun dengan mudah memangsa burung kecil yang tidak berdaya.
Namun ada goa terawat dan bisa dimasuki dengan mudah serta tidak membahayakan keselamatan. Salah satunya goa walet di Nikolan.
Ditemani Victor dan pak Irfan kami masuk ke dalam goa. Saat itu sekitar pukul 12 siang. Bebatuan yang licin mengharuskan kami berhati-hati. Lampu listrik untuk penerangan sudah disiapkan.
Cahaya terang dalam goa membuat walet yang sedang mengeram atau istirahat siang segera terbang berhamburan keluar.
Banyak sarang burung walet menempel di dinding goa. Tangan saya mudah meraba isi sarang yang ada anak walet karena goa tersebut pendek. Sarangnya berwarna agak kekuningan karena kondisi lembab dan kotor. Goa ini milik ibu yang energik tadi. (bersambung)