Salah seorang member saya, Saleh, yang tinggal di Kapuas-Kalimantan Tengah, membangun gedung walet paket hemat dengan ukuran 7 m X 12 m. Posisi rumah waletnya ada di lantai 3. Lantai dasar untuk jualan, lantai 2 untuk tempat tinggal. Gedung walet Saleh relative sederhana. Yaitu hanya dari plesteran semen, tanpa batu-bata. Tebal dinding hanya 5 cm. Kok bisa dinding semen tanpa batu-bata? Ternyata saleh memasang ram kawat diantara tiang dinding. Setelah kawat terpasang, kemudian di plester semen dari luar dan dari dalam. Maka, jadilah dinding plester semen tanpa batu-bata. Untuk lantainya dari papan. Atap dari seng bukan genteng. Namun Saleh merasa kawatir, karena suhu dalam gedungnya ternyata agak panas. Padahal ventilasi sudah dibuat per 50 cm, dengan pipa PVC 4 inci. Keringat bercucuran manakala masuk ke dalam gedung tersebut. Suhu mencapai 30 derajat celcius. Apakah dengan suhu yang sangat tinggi, walet akan kerasan tinggal di dalamnya? Bagaimana caranya menurunkan suhu?
Gedung walet dengan ukuran kecil atau sempit, apalagi dengan dinding relative tipis, jika tidak di rancang secara benar, memang suhu di dalamnya cenderung tinggi. Ini tentu tidak sesuai dengan habitat kehidupan walet, di mana burung kecil ini cenderung memilih tempat yang relative sejuk. Jika bangunan gedung walet tidak bisa menghadirkan suhu sesuai habitat walet, maka kemungkinan walet tidak akan memilih tempat tersebut untuk berbiak.
Cara agar suhu dalam gedung walet tidak terlalu tinggi. Saran saya sederhana, sebagai berikut :
1. Pada dinding luar, di beri cat warna putih. Seperti kita tahu, warna putih akan menolak panas matahari. Jika gedung tak di cat, maka warnanya gelap, yaitu warna semen. Tentu warna yang gelap akan menyerap panas matahari, sehingga panas tersebut akan menembus ke bagian dalam, yang menyebabkan suhu di dalam gedung ikut tinggi. Selain warna putih, bisa dipilih warna kuning atau coklat muda.
Untuk membuktikan apakah cat warna putih tersebut memang terbukti menolak panas matahari, silahkan melakukan uji coba, dengan cara memberi cat sebagian saja pada dinding dengan warna putih. Dinding lain dibiarkan tanpa cat. Kemudian pada siang hari, tempelkan telapak tangan kanan anda pada bagian yang telah di cat. Dan telapak tangan kiri, pada bagian yang tanpa cat. Apa yang anda rasakan? Pasti anda akan menjawab, pada telapak tangan kanan tidak merasakan panas, dan telapak kiri akan merasakan panas.
Kemudian, masuklah ke dalam gedung. Lakukan hal yang sama. Maka, jawabnya juga sama. Pada bagian dinding yang di cat putih, panasnya tidak menembus ke dalam, sehingga telapak tangan kanan anda tidak merasakan panas, sementara pada bagian yang tak bercat, panas matahari akan menembus sampai ke dinding dalam, sehingga telapak tangan kiri anda akan merasakan panas juga.
2. Pada dinding bagian dalam, dilapis dengan sterofoam, yaitu gabus lembaran dengan tebal sekitar 2 cm. Gabus putih selebar triplek ini di jual di toko bahan bangunan. Fungsi dari gabus ini untuk melindungi panas dari luar. Biarpun dinding luar sudah di cat putih, namun, lama ke lamaan, cat tersebut akan luntur memudar seiring berjalannya waktu. Maka, karena cat tersebut memudar, panas matahari akan pelan-pelan menembus ke dalam dinding gedung dan akan menimbulkan suhu panas. Sebagai antisipasi, pasanglah sterofoam. Gabus ini akan menghalang panas dari luar. Sehingga suhu dalam gedung tetap tidak terpengaruh oleh panas luar.
Jika anda membongkar termos, maka di dalamnya akan anda temukan gabus yang melindungi tabung kaca. Gabus digunakan sebagai teknik agar air panas di dalam termos tetap panas. Jika anda membongkar kulkas/ lemari es, maka anda akan mendapati juga gabus. Gabus digunakan agar kondisi suhu dingin dalam kulkas itu tetap terjaga stabil. Pada gedung walet, sterofoam juga digunakan di bawah atap seng, agar panas matahari tidak menembus ke dak lantai atas. Semakin tebal gabus yang digunakan, tentu semakin bagus.
Teknik pemakaian sterofoam untuk gedung walet, sudah banyak dilakukan orang. Member saya di beberapa tempat, selalu melapis dinding dalamnya dengan gabus putih ini. Gedung walet saya yang beratap asbes, pada dak atasnya, saya hampar sterofoam setebal 5 cm, agar suhu lantai atas tetap sejuk.
3. Agar suhu di dalam gedung walet sejuk, bisadipakai kipas angin dan ember berisi air. Yaitu kipas angin dihadapkan pada permukaan air di ember. Saat kipas berputar, angin menerpa permukaan air. Angin yang bergerak akan mengandung uap air. Ini akan memberikan hawa sejuk dalam gedung. Cara ini dilakukan untuk gedung yang lantainya menggunakan papan. Angin yang mengandung air, tidak sampai membuat lantai papan itu basah. Jadi lantai papan tetap kering, tetap aman.
Lain halnya jika pakai mesin pengkabut. Butiran air yang dihasilkan oleh mesin kabut itu, akan menggenang di lantai. Jadi jika dak lantai terbuat dari papan, relative sangat beresiko karena bisa basah, dan bisa merembes ke papan sirip di bawahnya. Namun jika lantai dari dak cor, pemakaian mesin kabut, tentu lebih bagus dibanding pemakaian kipas angin. Pemakaian kipas angin di dalam gedung walet, terbukti selama ini memberi alternative sederhana untuk menurunkan suhu ruang yang gerah. Dan yang lebih penting juga, keberadaan kipas angin itu terbukti, tidak mengganggu, atau tidak membuat walet takut.