Predator yang mengancam nyawa burung walet, selain tikus, burung hantu, juga ular. Ular masuk ke dalam gedung walet? Iya betul. Ular mencium ada bau mangsa berupa burung walet yang tinggal dalam gedung.
Dengan berbagai cara ular mencari celah lubang agar bisa masuk gedung. Bisa melalui lubang pembuangan air, lubang ventilasi atau dari pepohonan yang cabangnya terhubung ke atap gedung walet.
Tidak sedikit kasus ini terjadi. Baik pada gedung dekat persawahan maupun di lokasi padat pemukiman.
Gedung walet pak Benny Raintama di Kalasey-Manado pernah kemasukan ular. Entah sudah berapa lama binatang bersisik itu tinggal di dalam gedung. Tidak tampak bangkai burung walet yg dimangsa ular. Sebab ular memang menelan mangsa secara utuh termasuk bulunya. Akibat kejadian itu, populasi walet berkurang. Sebagian kabur menyelamatkan diri karena ada gangguan yang mengancam fisiknya. Tidak lama ular yang sembunyi di sela sisa papan sirip yang menumpuk dilantai, akhirnya bisa dibunuh. Populasi walet dalam gedung lambat laun berkembang lagi, meski perlu waktu beberapa bulan untuk memulihkan kembali dari trauma.
Dari mana jalur ular masuk ke gedung walet pak Benny ini? Saya menduga dari pohon rimbun samping gedung yang ranting- cabangnya menaungi sebagian atap gedung walet tersebut. Lokasi gedung pak Benny ini memang banyak pepohonan rimbun di sekitarnya. Di lokasi itu terdapat sumber air alami yang mengalir deras sehingga dimanfaatkan untuk kolam renang pribadi di areal villa tidak jauh dari gedung walet.
Ular merayap di pohon hingga ujung ranting di atas atap lalu mencari celah agar bisa masuk ke dalam gedung.
Seperti kita tahu, ular mencari mangsa di mana saja juga merayap di pepohonan, memangsa cicak, juga memangsa telur serta anak burung yang ada di sarang pohon itu.
Gedung walet Ko Bok Sing yang berlokasi di pinggir persawahan juga kemasukan ular. Kebetulan saat itu saya masuk kontrol gedung beliau. Begitu buka pintu saya terperanjat, di lantai bawah saya dapati bekas kulit ular. Secara periodik ular memang berganti kulit. Kemungkinan ular masuk melalui lubang pembuangan air berupa paralon 2 inci. Memang pada bagian luar ujung paralon sudah dipasang ram kawat, namun saya cek sudah berkarat dan rusak. Jadi kemunginan ular masuk lewat lubang tersebut dan sudah lama tinggal di dalam gedung walet. Saat itu juga kami melakukan operasi ke setiap sudut. Alhamdulillah akhirnya ketemu juga predator melata itu.
Populasi walet yang semula berkurang, dalam beberapa bulan ke depan kembali normal lagi.
Gedung walet Hery yang berlokasi di danau Lais, sekitar 30 menit perjalanan darat dari Palangkaraya arah ke Buntok, juga pernah kemasukan ular. Kebetulan saya pas kontrol gedung tersebut. Tanpa buang waktu alhamdulillah bisa segera saya atasi. Memang lokasi gedung Hery ada di tengah rawa. Jika air pasang, ketinggian air masuk di lantai bawah. Kemungkinan ular masuk di sela lantai yang tidak rapat.
Bagaimana mencegah agar binatang melata ini tidak masuk ke dalam gedung walet?
Caranya ternyata sederhana. Pada dinding luar, sekitar 1 meter dari tanah, dipasang jaring ikan sekeliling gedung. Jaring ikan dimanfaatkan untuk menjaring ular atau predator lain.
Ini seperti dilakukan member BAN bang Supardin yang tinggal di dekat gunung Tambora, Dompu-NTB. Bang Supardin adalah alumni seminar walet di Calabay Pekat, pada 2 tahun lalu. Saat saya berkunjung ke kediamanya, Supardin membangun bangunan gedung walet paket hemat 4 m x 8 m tinggi 3 lantai. Saya lihat jaring ikan dipasang keliling pada dinding luar bagian bawah gedung tersebut.
“Jaring ikan itu sebagai ranjau agar ular, tikus, tokek terjerat masuk perangkap”, jelas Supardin
Saya memang melihat ada bangkai tikus, dan ular yang sudah lama mati dan dibiarkan mengering di dalam jeratan jaring itu.
Cara sederhana ini sebagai antisipasi agar predator melata ini tidak masuk ke dalam gedung walet.
Semoga bermanfaat.