Pernah mendengar nama Kandangan? Mungkin ada yang masih asing mendengar nama kota ini, terutama mereka yang tinggal di luar Kalimantan.
Kandangan adalah sebuah kota lama yang terletak di jalan lintas Kalimantan Selatan, yang menghubungkan antara Banjarmasin dan Tanjung. Kota ini teduh dan asri. Banyak pepohonan di pinggir jalan dan aliran sungai.
Kota ini terkenal dengan kuliner yang khas yaitu ketupat Kandangan. Berisi ketupat dicampur kuah santan kental. Lauknya ikan haruwan ( semacam ikan gabus) dan telur.
Cara menikmati, ketupat diremas dalam kuah santan. Cara makan sesuai tradisi menggunakan tangan telanjang, tidak menggunakan sendok. Potongan daging lembut haruwan atau telur itik akan melengkapi lezatnya hidangan khas kota ini. Jika suka pedas, semangkok cabe cair tersedia di meja.
Jenis kuliner ini cocok sebagai santapan pagi hari sebelum memulai aktifitas.
Saya beberapa kali ke Kandangan melakukan survey lokasi, juga penanganan khusus beberapa gedung walet yang kurang produktif. Tiap pagi menyantap ketupat Kandangan tak pernah ketinggalan.
Disisi lain
saking seringnya melihat lokasi di Kandangan, sayapun jatuh pilihan untuk investasi. Dua desain gedung walet sudah disiapkan untuk pembangunan pada 2 titik lokasi yang berjauhan dan prospek yaitu di Lungau dan Hanau. Agen Kandangan Nanda cepat mengurus sertifikasi tanah di BPN setempat.
Untuk menuju Kandangan, dari Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru diperlukan waktu tempuh perjalanan darat sekitar 3.5 jam melewati jalan aspal yang mulus. Saya sering istirahat melepas penat dan menunaikan shalat jamak qoshor di Masjid Rantau yang megah.
Dulu, jalanan ini rusak parah disebabkan ratusan truk batubara bermuatan berat menggunakan jalan ini. Jalan banyak berlubang. Truk roda besar terseok-seok. Lalu lintaspun terhambat. Waktu itu menuju Kandangan dari Banjarbaru atau sebaliknya bisa memakan waktu 7 jam lamanya.
Saya menginap di Hotel Aqina. Hotel yang bersih dengan fasilitas agak lengkap.
Esok paginya, bang Edy dan Nanda, sudah berada di loby hotel siap menuju lokasi. 2 motor bebek sudah ready mengantar kami.
Lokasinya yaitu desa Hanau sekitar 20 menit dari Kota melaui jalan pintas. Di desa ini Nanda baru saja membeli rumah walet.
Tak lama kami sampai tujuan. Saya amati sebuah rumah walet ukuran 4 m x 5 m dengan tinggi 3 lantai. Tinggi tiap ruang hanya 2 m saja. Menggunakan lantai papan. Sementara lantai dasar dibiarkan tetap dari tanah. Bangunan ini bertiang kayu berdinding kalsibot. Pada bagian dalam dilapis dengan kardus dengan tujuan meredam hawa panas.
Suhu sekitar 29″.
Kenapa suhu tidak tinggi padahal hanya berdinding kalsibot? Karena di kanan kiri bangunan terdapat pepohonan, panas matahari tidak banyak menerpa bangunan rumah walet ini. Sementara angka kelembapan cukup rendah. Sekitar 60%. Ini karena tidak ada bak air dalam gedung itu.
Usia bangunan 1 tahun lebih dengan jumlah sarang 40 keping. Sarang menempel di papan sirip kayu sengon. Sebagian sarang terletak di atas twiter. Kualitas sarang tidak bagus, ukuran kecil dan hampir terlepas dari papan sirip. Ini akibat angka kelembapan yang rendah.
Bangunan rumah walet ini dijual ke Nanda Rp 40 jt. Uangnya untuk berangkat Haji. Saya sempat bersalaman dengan pemilik lama rumah walet itu, yang tinggal di lokasi itu juga.
Apa alasan Nanda membeli rumah walet itu?
Yang pertama, harga relatif terjangkau. Sebab selain rumah walet juga sebidang tanah di sekitarnya dengan luas 1000 m.
Kedua, untuk start akan lebih cepat. Tidak perlu memulai dari nol, budidaya walet bisa langsung jalan. Ketiga, lokasinya banyak burung walet pagi dan sore. Maka biarpun rumah walet berdinding kalsibot, tetap dihuni oleh burung walet. Ini artinya di lokasi ini burung walet butuh rumah. Keempat, dalam waktu dekat akan diperluas bangunan secara permanen. Sehingga rumah walet lama akan konek dengan bangunan baru agar perkembangan populasi walet bisa berkembang lebih pesat lagi.
Di Kandangan populasi burung walet sangat besar. Makanan tersedia melimpah. Walet mau bersarang di rumah walet kecil berdinding kalsibot itu sebagai indikasi bahwa lokasi ini menyimpan potensi yang prospek untuk budidaya burung walet ke depan.