Panen sarang walet yang dilakukan terus menerus secara rutin, tanpa jeda, bisa menurunkan hasil produksi sarang, termasuk berefek pada kualitas sarang yaitu ukuran sarang menjadi kecil.
Belakangan saya sering menerima keluh kesah petani walet di berbagai daerah. Akibat dari panen yang tidak pernah ada jeda, maka setidaknya terdapat 3 masalah yang saat ini dihadapi mereka.
Yaitu, pertama hasil panen tidak sebanyak tahun lalu. Dulu hasil panen sarang setiap periode bisa mencapai 50 kg. Sekarang berkurang jauh. Tinggal 20 kg saja. Padahal dari jumlah populasi burung walet tidak berkurang. Tiap sore ribuan burung walet masuk gedung. Namun anehnya hasil panen menyusut. Apabila tidak dilakukan perbaikan sistem panen, maka hasil panen sarang walet bisa terus berkurang.
Kedua , burung walet lambat membuat sarang. Sebelumnya dalam waktu 2 bulan atau 2.5 bulan, burung walet sudah rampung membuat sarang. Kemudian dilanjutkan bertelur dan mengeram. Tapi, belakangan ini proses pembuatan sarang agak lambat. Sedangkan disisi lain, induk walet sudah saatnya untuk bertelur. Maka, sarang masih kecilpun sudah dipakai untuk bertelur.
Dilihat dari faktor makanan, sebenarnya tidak kurang. Disekitar RBW terbentang areal pakan yang luas dan jumlah makanan berupa serangga kecil yang terbang di sekitarnya sangat berlimpah. Banyak terdapat empang atau rawa-rawa dan perkebunan kelapa sawit ribuan hektar. Artinya permasalah sarang lambat jadi, bukan disebabkan kurangnya makanan.
Ketiga efek berikutnya yaitu ukuran sarang walet kecil, sekitar 2 jari orang dewasa. Sedangkan sarang normal ukuran 3 jari orang dewasa. Harga sarang kecil tentu lebih murah. Bahkan ada tengkulak yang mensortir sarang 2 jari termasuk sarang patahan, keluh member. Padahal dari segi usia walet, masih termasuk usia produktif. Bukan walet muda juga bukan walet tua yang rata-rata sarangnya kecil.
Pada pembahasan di artikel ini, sarang walet ukuran kecil diakibatkan oleh panen yang dilakukan terus menerus, yaitu rutin tiap 3 atau 4 bulan. Walaupun panen yang dilakukan sudah benar yaitu sistem panen tetasan yaitu panen sarang setelah anak bisa terbang, namun ritme panen yang dilakukan secara rutin itu tanpa disadari sama artinya dengan mengeksploitasi burung walet agar terus membuat sarang.
Hal ini sangat berhubungan dengan kesehatan kelenjar saliva, yaitu kelenjar yang terdapat di tenggorokan burung walet. Kelenjar tersebut berfungsi memproduksi air liur. Apabila kelenjar tersebut terus dipacu memproduksi saliva, maka lambat atau cepat kemampuanya akan semakin lemah.
Berbeda dengan burung walet yang bersarang di goa alami yang jarang dilakukan panen sarang. Maka kelenjar salivanya masih sehat dan ukuran sarang yang dibuatpun berukuran normal.
Salah satu member bertanya, bagaimana agar ukuran sarang walet di RBWnya kembali normal? Saya yakin dari penjelasan di artikel ini, anda sudah bisa memberikan solusinya.