Namanya Pak He. Beliau pemain lama di budidaya burung walet. Semua RBWnya berada Di Jawa, tepatnya di pantura Jawa Tengah. Yaitu di Weleri, Batang, Pekalongan hingga Tegal. Gedungnya lebih 20 unit. Semuanya berawal dari koloni burung seriti. Kemudian diganti telur walet. Lalu koloni walet mendominasi di semua RBWnya. Ketika panen sarang walet, hasilnya bukan hitungan puluhan kilogram melainkan ratusan kilogram.
Sesekali beliau masih panen sarang seriti. Katanya untuk mengendalikan perkembangan populasi seriti di RBW itu agar tidak banyak. Jasa induk seriti sudah tidak diperlukan lagi seperti di masa awal masa- masa putar telur. Di semua RBWnya masih terdapat koloni burung seriti ini. Kebanyakan bersarang di ruang terang dan berkelembapan rendah.
Jadi, di dalam RBWnya terdapat dua jenis burung yang mirip secara fisik. Yaitu burung seriti dan burung walet. Kedua burung tersebut sama-sama memproduksi air liur untuk membangun sarangnya. Walau secara ekonomi harga sarang seriti terpaut jauh dibanding harga sarang walet.
Belakangan produksinya menurun. Saat panen, prosentase sarang kecil lebih banyak. Itu disampaikan pak He saat saya mampir berkunjung ke RBW nya.
” Pak Arief, kenapa ya sudah 2 tahun ini saat seleksi hasil panen lebih banyak sarang ukuran kecil daripada sarang ukuran besar? Itu terjadi pada semua RBW saya. Hasil timbangan sarang beratnya susut tidak seperti dulu lagi,” tanya Pak He sambil memperagakan jari2nya. Yaitu untuk ukuran sarang kecil selebar 2 jari ( jari telunjuk dan jari tengah), dan untuk sarang besar ukuran 3 jari ( jari telunjuk, jari tengah dan jari manis).
Kami berdiskusi santai. Duduk tidak jauh dari RBW. Yang pekaranganya berpagar tembok tinggi. Diskusi di bawah pohon mangga. Di meja kayu tersedia teko berisi teh Tong Tji hangat dan jajanan pasar, seperti klepon, pistuban dan juga tape goreng. Suara walet elektronik memancar tidak terlalu nyaring. Sore itu langit agak mendung, koloni walet pulang beriringan.
Saya sempat mengamati koloni walet masuk LMB. Suara asli burung walet terdengar keras lebih keras dari suara twiter panggil. Fisik burung walet saya lihat banyak yang bertubuh besar. Bulu tubuh warna coklat yang mulai memudar. Bulu sayapnya dan bulu ekor ada yang mulai rusak.
Kepada beliau saya sampaikan, sarang walet kecil itu hasil produksi walet tua. Walet tua disebut juga walet afkir dimana kemampuan produksi saliva (air liur) mulai berkurang.
Di RBW ini banyak walet tua ketimbang walet muda. Kemungkinan karena cara panen Pak He yang sering panen rampasan sehingga jarang lahir generasi walet baru. Penghuni RBW ini sebagian besar walet tua yang kemampuan produksi saliva semakin berkurang yang berakibat ukuran sarangnya kecil.
Jika sistem panen tidak dirubah, maka lambat laut populasi walet di RBW tersebut akan berkurang dan semakin berkurang. Sebab walet tua akan mati sementara hanya sedikit kesempatan lahirnya generasi walet baru.
Apabila sistem panen diatur ulang menjadi panen tetasan, maka pada saatnya nanti ukuran sarang akan kembali normal karena di produksi oleh generasi walet baru.