Burung walet sebenarnya lebih menyukai untuk membuat sarang di tempat yang mudah dan kuat agar sarang terlepas jatuh, yang bisa menghambat proses perkembang-biakan.
Contoh misalnya di dalam goa yang dihuni burung walet, burung kecil itu banyak memilih posisi bersarang diantara ceruk dinding goa yang agak cekung dan kasar. Hal itu dilakukan agar sarang walet menempel kuat. Karena itu saat panen sarang walet dalam goa, prosesnya agak sulit karena sarang melekat kuat pada tekstur dinding goa yang tidak rata. Akibatnya hasil panen sarang goa ini tidak utuh, retak, patah, dll. Itu akibat sulitnya proses panen.
Pada goa walet di daerah Kebumen Jawa Tengah yang pernah saya kelola, sebagian besar sarang walet berada di posisi cekungan bebatuan goa. Posisi sarang bukan menempel melainkan menumpang, gambaranya seperti mangkok di atas meja. Agak sulit memang saat proses pemanenan.
Begitu pula yang kita lihat dalam gedung walet, kadang walet lebih memilih bersarang di papan sirip yang retak, pada sambungan papan, pada papan berlubang, dll. Walet memilih posisi yang mudah untuk membuat sarang dan sarang akan kuat menempel di papan sirip tersebut.
Tidak jarang kita lihat walet bersarang di atas kaso atau blandar kayu atau di atas balok cor di dalam gedung walet itu. Posisi sarang juga sama, seperti mangkok di atas meja.
Semua itu intinya burung walet cari tempat mudah untuk membuat sarang. Karena itu sering pula kita jumpai burung walet membuat sarang di atas twiter inap, atau sarangnya menumpang di atas ” konde” twiter.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar walet menyukai tempat di papan sirip sehingga burung kecil itu membuat sarang di posisi itu. Cara ini sebenarnya sudah saya tulis dalam buku ” Meningkatkan populasi dan produktivitas walet ” yang diterbitkan Agromedia Jakarta tahun 2003. Dalam buku itu saya jelaskan perlunya menyediakan landasan berupa papan pipih atau triplek yang sudah dipotong memanjang dengan ukuran lebar 1 cm dan ditempelkan di papan sirip. Ini saya sebut landasan sarang. Cara ini akan mempermudah burung walet membuat sarang di atas landasan tersebut dimana kuku kaki walet mudah hinggap dan kemudian dengan leluasa ia akan mulai membuat sarang. Sarang yang dibuat di atas landasan itu tentu akan kuat menempel, bahkan saat dipanen agak repot karena begitu kuatnya.
Dalam perkembanganya petani walet membuat aneka cara, namun intinya tetap sama yaitu sebagai landasan sarang. Misalnya dengan menempelkan potongan gabus/ styrofoam di papan sirip. Ada juga yang membuat bentuk styrofoam yang dipotong cekung setengah lingkaran dengan tujuan burung walet bisa langsung “pakai” landasan sarang itu.
Sebagian yang lain menggunakan ram kawat parabola yang banyak dijual di toko bangunan. Ram ini dipotong setengah lebar papan sirip kemudian ditempelkan di papan sirip, agar walet mudah membuat sarang di bidang yang berlubang kecil. Tak puas menggunakan ram parabola, member di Pekanbaru membuat secara manual lubang2 kecil menggunakan plat alumunium ukuran tipis.
Mengenai cara agar sarang kuat menempel di papan sirip juga bisa dilakukan dengan “memodifikasi” bidang papan sirip pada kedua sisinya yaitu dengan membuat alur atau parit dengan lebar dan kedalaman sekitar 1 milimeter.
Pada lebar papan sirip 18 cm atau 20 cm cukup 4 atau 5 alur yang dibagi sama rata jaraknya.
Papan sirip yang sudah disiapkan dengan alur-alur itu tentu akan memberi kemudahan kuku burung walet mencengkeram, kemudian secara leluasa membuat sarang. Ibarat seorang pemanjat tebing, ia menemukan pijakan kaki pada dinding cadas vertikal.
Beberapa member ada yang membuat parit agak lebar hingga 0.5 cm. Saya sampaikan, bagi kebutuhan burung walet, lebar parit 0.5 cm itu tetap sangat membantu, dan sarang walet akan sangat kuat menempel. Namun sisi merugianya yaitu, liur walet banyak yang “tenggelam” mubazir di dalam parit tersebut.
Semoga bermanfaat