Dalam sebuah gedung walet, dengan tinggi lebih dari 1 lantai, maka mutlak harus disediakan lubang antar lantai. Lubang ini berfungsi untuk lalu lintas bagi walet naik turun antar lantai. Istilah lain untuk lubang ini, yaitu void. Ada juga yg menyebutnya lubang terjun, atau lubang turun.
Dalam kesempatan ini, saya akan menulis mengenai faktor penyebab walet tidak mau atau tidak berani menggunakan lubang void itu. Sehingga populasi walet hanya bersarang di lantai atas saja. Sering saya mendapat keluhan, mengapa lantai bawah populasinya tidak seimbang dengan lantai atasnya. Padahal ukuran suhu dan kelembapan, lantai bawah lebih pas dan sesuai dengan habitat burung walet itu. Kenyataannya, hanya sedikit walet yang bersarang di lantai bawah. Kenapa ? Ada beberapa faktor penyebab walet gagal turun melalui void. Antara lain:
1. Ukuran void sempit
Ukuran void yang umum di gedung walet, yaitu sekitar 2 X 2 m sd 4 m X 4 m. Ukuran ini sudah cukup, yaitu tidak terlalu sempit, juga tidak terlalu besar. Ukuran ini menyesuaikan luas sebuah gedung walet. Semakin sempit ukuran voidnya semakin menyulitkan walet untuk turun. Semakin besar ukuran void, semakin memubazirkan ruangan. Saya pernah membantu teman yang gedung waletnya di jl Pramuka, Banjarmasin. Gedung waletnya di lantai atas, sementara lantai bawah untuk gudang TV dan elektronik lainnya. Gedung tersebut sudah 2 tahun beroperasi. Namun saya lihat hanya puluhan sarang di lantai atas. Sementara lantai bawahnya sama sekali tidak ada walet bersarang. Padahal dari faktor suhu, kelembapan serta cahaya, lantai bawah lebih kondusif. Apa penyebabnya. Tidak lain ukuran void yang super sempit. Saya kaget melihat voidnya hanya berukuran 80 cm X 80 cm. Sama persis dengan ukuran LMB nya. Pemilik gedung itu berfikir, kalau walet bisa masuk LMB yang berukuran 80 cm X 80 cm, maka walet harusnya juga bisa turun ke lantai bawahnya dengan ukuran lubang yang sama. Secara logika anggapan/ perkiraan itu masuk akal. Namun yang terjadi, walet tidak mau atau tidak bisa turun ke lantai bawah, meski sudah dibuatkan void. Mengapa? Karena pada saat masuk lMB walet akan terbang secara horizontal, tentu berbeda halnya dengan saat walet mau turun ke lantai bawah, dia tidak lagi terbang horizontal, melainkan turun secara “ vertikal – spiral”. Jika lubang voidnya kecil, pasti walet akan kesulitan melaluinya.
2. Letak void jauh
Saya selalu menganjurkan agar jarak antara LMB dengan void jangan terlalu jauh. Semakin dekat jarak antar keduanya, semakin mudah walet mengetahuinya. Semakin jauh jarak antar keduanya, semakin gagal walet mengetahui ada lubang lainnya. Ini terjadi saat masa adaptasi walet pada sebuah gedung baru. Yaitu sekitar 1 sampai 6 bulan operasional gedung walet. Pada beberapa kasus gedung walet yang lambat populasi, penyebabnya antara lain, karena posisi void yang jauh. LMB nya di ujung sana, voidnya jauh di ujung belakang sana. Dengan kata lain, antara LMB dan Void tidak ketemu. Dengan bahasa yang agak romantis kira kira begini; antara LMB dengan void harus ada komunikasi yang harmonis, hubungannya harus dibuat dekat. Agar keduanya bisa berjalan berdampingan secara baik. Jika jarak antara keduanya jauh bahkan terlalu jauh, maka sudah barang tentu akan menghambat jalinan komunikasi yang sehat, dan itu tentu akan saling merugikan.
3. Gangguan tangga
Tidak sedikit orang membuat tangga pada lubang void. Ini dimaksudkan untuk efisiensi budget. Dari pada membuat lubang khusus untuk tangga, lebih baik memanfaatan lubang void saja, mungkin anggapan orang seperti itu. Sebenarnya tangga antar lantai, bisa saja disatukan dengan tempat void. Ini tentu dengan syarat, posisi tangga tidak menganggu lalu lintas walet yang naik turun. Jika ukuran voidnya hanya 2 m X 2 m, dan ada tangga di void itu, maka, luas void akan berkurang dong… dan ini bisa mengganggu walet. Kasus, populasi lambat, antara lain disebabkan oleh adanya gangguan tangga di lubang void. Jika ukuran void hanya 2 m X 2 m, maka solusinya, tangga dibuat jangan permanen. Jika mau naik ke lantai atas, tangga baru dipasang. Setelah selesai, tangga dilepas/ diturunkan. Bikinlah tangga dari kayu, agar ringan saat mengunakannya.
4. Gangguan lampu
Gedung walet yang gelap, sebaiknya memang harus ada tambahan cahaya, yaitu dipasang lampu. Pada ruko gedung walet, dimana kanan kirinya juga gedung walet, maka praktis, tidak ada ventilasi di kanan kiri gedung itu, juga praktis tidak ada semburat cahaya matahari dari sela sela ventilasi. Maka minimnya cahaya dalam gedung walet tidak menguntungkan pada masa adaptasi. Walet berani adaptasi jika kondisi gedung tidak gelap amat. Maka, diperlukan bantuan cahaya, yaitu dari lampu. Termasuk juga di void. Agar walet tau bahwa ada lubang void, maka dibawah void dipasang lampu. Tapi mengapa dengan dipasang lampu justru walet gak mau turun? Jawabnya karena walet terganggu dengan lampu itu. Mengapa? karena lampu terlalu terang. Gunakan lampu yang soft. Bisa juga lampu dimasukkan di dalam ember plastik dengan posisi ember terbalik, sehingga cahaya lampu itu menjadi soft tidak keras, melainkan remang remang saja. Member saya yang gedung waletnya di DAM-Balikpapan, mengeluh karena setelah di pasang lampu di void, justru walet yang turun ke lantai bawah gak ada lagi. Bahkan yang semula sudah menginap, pindah ke lantai atas. Selidik punya selidik, ternyata ia pasang lampu terang di bawah voidnya. Cahaya lampu itu amat menyilaukan mata walet. Wajar jika walet akan menghindar dari cahaya yang amat keras itu.
5. Gangguan suara
Kasus gagalnya walet turun ke lantai bawah, bisa juga disebabkan karena gangguan suara di lubang void. Kok bisa gitu? Sebagian orang beranggapan bahwa agar walet turun ke lantai bawah, maka harus dipasang tweter. Ya ini betul. Tapi akan salah jika beranggapan, semakin banyak tweeter semakin bagus. Maka, dipasanglah 8 buah tweeter di lobang void itu. Apa yang terjadi, gelombang suara di void justru bertabrakan gak jelas. Ditambah lagi volume suara yang kencang.. haduuh… walet jadi bingung.. suara tweeter itu tidak memanggil turun, melainkan justru gelombang suaranya berkumpul ditengah void. Walet hanya berputar putar saja ditengah void lalu terbang lagi.. Pemasangan suara tweeter di void yang berlebihan justru menjadi bumerang. Walet gagal turun ke void.
6. Gangguan pagar
Lubang void memang sering memakan korban jiwa. Tidak sedikit penjaga gedung, bahkan pemilik gedung walet itu sendiri, jatuh ke lantai bawah, karena saat kontrol gedungnya tidak sadar/ lupa, bahwa ada sebuah lubang void di lantai itu. Kondisi gedung yang gelap, dan pikiran yang konsentrasi mengkontrol gedung atau sedang menghitung jumlah sarang, membuat orang tersebut sama sekali tidak ingat bahwa sebuah lobang void siap menjemput nyawa. Bisa anda bayangkan, jika orang tersebut berada di lantai atas gedung walet 5 lantai dengan posisi void yang lurus ke bawah. Orang tersebut masuk sendirian tanpa teman. Ia asyik menghitung jumlah sarang.. Umumnya orang menghitung sarang sambil berjalan mundur…. tidak disadari.. mundur 2 langkah lagi tubuhnya masuk ke lubang void …apa yang terjadi, orang itu jatuh dari ketinggian 5 lantai.. dan tewas seketika di lantai dasar…Karena ia masuk gedung sendirian, dan pintu gedung walet dikunci dari dalam, siapa yang tahu kejadian tragis itu…hanya sepasang sandal di depan pintu masuk, dan mobil yang terparkir di samping gedung, menunggu majikanya gak kunjung muncul dari dalam gedung. Saya tidak perlu menyebutkan siapa korban ini dan lokasi kejadiannya.
Ini menjadi saksi bahwa lobang void menjadi sangat beresiko. Bahkan taruhannya nyawa. Maka, void sebaiknya berpagar. Namun jangan terlalu tinggi, paling tinggi 1 meter. Bikinlah pagar di sekeliling void untuk kemananan, namun kemudahan bagi walet saat naik turun antar lantai juga harus dipikirkan. Jangan sampai, pagar di void membuat walet sulit turun.
Mudah mudahan tulisan ini bermanfaat bagi anda. Salam hormat.