Saya harus ke Purworejo Jawa Tengah, memenuhi permintaan member yang mengaku sudah angkat tangan karena beberapa kali putar telur hasilnya kurang menggembirakan. Gedung walet member ini berada di tengah kota. Ukuranya cukup besar, 8 m x 16 m tinggi 3 lantai. Bangunan rumah burung ini permanen dengan jumlah populasi ribuan burung seriti. Tiap 3 atau 4 bulan panen sarang seriti hingga 10 kg. Sedangkan sarang waletnya bisa dihitung dengan jari.
Member ini termasuk pengusaha sukses di Purworejo. Orangnya masih muda. Rajin beribadah. Tiap pukul 6 pagi rutin ke gereja. Bukan hanya tiap minggu. Saya manggilnya Pak Ton. Orangnya santun. Murah senyum. Suka berderma. Usahanya bermacam-macam. Semua usahanya cepat tumbuh berkembang. Hanya di usaha budidaya walet beliau harus bersabar. Menurut beliau, pasti ada sebab yang kurang benar hingga hasilnyapun kurang menggembirakan. Beliau berkeyakinan apapun usaha, jika sebabnya benar, maka hasil juga akan benar.
Gedung itu semula gudang kosong. Banyak burung seriti bersarang di dalamnya. Karena ada potensi ekonomi maka gudang itu dibangun khusus untuk budidaya burung. Populasi burung seriti semakin bertambah banyak. Sedangkan populasi burung waletnya tidak berkembang.
Program putar telur sudah beberapa kali dilakukan. Telur walet menetas. Anak walet diasuh induk seriti sampai bisa terbang. Namun setelah keluar gedung, anak walet tidak kembali lagi. Padahal oleh Pak Ton sudah diupayakan mengatur kondisi sesuai habitat burung walet. Yaitu pada lantai dasar cahaya diatur cukup gelap. Suhu sejuk di kisaran 27° c, dan angka kelembapan rata-rata 90%. Tapi kenapa program putar telur hasilnya tidak menggembirakan?
Apanya yang masih harus dibenahi lagi?
Apakah tata ruangnya?
Atau tata suara?
Pukul 10 pagi saya masuk ke dalam gedung. Cuaca agak mendung. Pintu besi dibuka. Burung seriti yang masih ada di dalam gedung bergegas berhamburan. Jumlahnya sangat banyak. Menurut perhitungan Pak Ton jumlahnya sudah ribuan ekor. Dasar menghitungnya dari hasil panen sarang seriti yang mencapai 10 kg. Per- kilogram sarang seriti jumlahnya sekitar 250 biji.
Saya menaiki tangga cor menuju lantai atas. Saya cek tata ruang dan tata suara no problem. Suhu dan kelembapan sudah oke. Saya lihat lubang masuk burung ( LMB) menghadap ke utara hanya 1 LMB saja. Ukuran 20 cm x 80 cm. Ukuran LMB ini terbilang sempit. Di lubang itu sudah dipasang 2 buah twiter panggil walet.
Kepada Pak Ton saya jelaskan mengenai problem LMB sempit. Tiap sore pasti banyak burung yang antri masuk gedung. Sebab populasinya sudah ribuan. Burung anakan, baik itu anak seriti ataupun anak walet akan kalah bersaing dengan yang dewasa untuk masuk ke dalam gedung.
Lantas bagaimana solusinya?
Saya sarankan Pak Ton membuat LMB baru yang khusus untuk akses masuk anak walet. ukuran standar 40 cm x 60 cm. Di LMB baru ini harus dipasang twiter panggil walet. Sedangkan LMB lama tak perlu dipasang twiter panggil walet. Jadi ada 2 LMB yang terpisah.
Alhamdulillah selang 6 bulan kemudian, hasilnya sudah mulai kelihatan. Populasi burung walet mulai ramai di gedung tersebut. Selain tampak dari banyaknya fondasi sarang walet di papan sirip juga dari suara tek.. tek.. tek.. saban pagi dan sore di depan LMB.
Pak Ton gembira melihat progres positif itu. Do’anya terkabul. Karena sebabnya sudah benar, maka akibatnya juga akan benar.